Tampilkan postingan dengan label Berhadiah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Berhadiah. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 Juni 2014

Pahlawan Desa, Karya: Hanifah Al Hawwa' (me)

Ini, cerpen untuk ikut "Lomba Cerpen Berhadiah Buku By Syinni". Tag 3 orang teman : Syahla, Jihan, dan Fasya.

Ini dia Cerpennya:
Pahlawan Desa


            “Hei Pak Adam, si kaki satu!” kata tetangganya yang bernama Pak Radit. “hei Pak Radit! Ada apa ya?” kata Pak Adam tanpa marah. “kaki hanya sebelah, kok masih saja bertani? Berilah saja tanahmu beserta sawahmu itu padaku!” kata Pak Radit. “maaf Pak Radit. Saya tidak bisa memberi sawah dan tanah saya ini kepada Pak Radit! Karena hanya dengan inilah saya bertahan hidup, walau penghasilan saya kurang dari kata cukup.” Kata Pak Adam. “hah, kamu ini memang susah dibilangi. Sudahlah, saya ingin pergi” kata Pak Radit dengan lagaknya yang tidak sopan. 

            “hai Keriput!” salam Pak Dodi yang sedang melewati sawah Pak Adam. “hai juga Pak Dodi!” jawab Pak Adam.

            “hai KakSel(Kaki Sebelah)!” sapa Bu Vina. “iya Bu Vina!” jawab Pak Adam.

            Yaa.., seperti itulah hari-hari Pak Adam. Selalu mendapat ejekan sana-sini, dari tetangganya sendiri. Walau begitu, Pak Adam tak pernah marah, karena memang kenyataannya seperti itu. Tahu tidak? Kenapa Pak Adam memiliki wajah keriput yang kemerahan, dan hanya memiliki satu kaki? Ini dia ceritanya.

            Dahulu, sekitar tahun 2001-an, ada tregedi  yang membuat warga Kampung Jayawijaya panik. “TOLOOONG, TOLOOONG!” kata Bu Riyah meminta tolong warga untuk memadamkan api dirumahnya sambil membawa bayinya yang baru berumur 2 bulan. Warga pun berdatangan dan berusaha memadamkan api yang ada dirumah Bu Riyah. Saat Bu Riyah melihat anaknya, ternyata yang digendong bukanlah anaknya. Melainkan guling kecil yang sering dipakai anaknya untuk tidur. “tolong Pak, tolong! Anak saya ada didalam!” kata Bu Riyah sambil mengguncang-guncangkan tubuh Pak Radit. “eh, saya nggak mau kedalam. Entar saya kenapa-napa!” kata Pak Radit tidak mau. Tiba-tiba ada sesosok laki-laki yang langsung masuk kedalam rumah Bu Riyah, dan tak berapa lama kemudian, munculah seorang Pak Adam dengan menggendong anak Bu Riyah yang sedang menangis. Pak Adam jalan dengan tertitah-titah, dan sambil memegangi pipinya yang terkena api. “Pak Adam? Pak Adam nggak pa-pa?” Tanya Bu Riyah. “ah, nggak pa-pa Bu!” kata Pak Adam sambil meringis kesakitan. “tapi kelihatannya Pak Adam sakit!” kata Bu Riyah. “enggaak! Saya nggak apa-apa kok Bu!” kata Pak Adam sambil berusaha berjalan menuju rumahnya. “Pak Radit, tolong telepon taxi!” bisik Bu Riyah kepada Pak Radit. “Pak Adam! Ayo ikut saya! Nggak ada pilihan lain! Kaki Pak Adam sakit. Dan harus degera ditangani oleh dokter!” kata Bu Riyah sambil menarik tangan Pak Adam menuju taxi yang tadi ditelepon Pak Radit. Sebagai ucapan terima kasih, dan rasa keprihatinan Bu Riyah. Bu Riyah membawa Pak Adam ke Rumah Sakit dekat Kampung Jayawijaya.

            Di Rumah Sakit, “Pak Adam nggak apa-apa kan Pak?” Tanya Bu Riyah khawatir. “enggak Bu! Hanya kaki dan pipi saya sedikit sakit” jawab Pak Adam. Setelah dicek, ternyata Kaki kiri Pak Adam harus diamputasi karena terkena kayu yang terjatuh dari atap rumah Bu Riyah yang roboh. Mendengar hal itu, Bu Riyah langsung menangis karena Pak Adam telah mengorbankan kakinya, untuk menyelamatkan anaknya. Setelah proses amputasi selesai. “maafkan saya Pak Adam! Saya nggak tau cara minta maaf ke Bapak!” kata Bu Riyah sambil menangis tersedu-sedu. “ah, nggak pa-pa Bu! Ini kesalahan saya sendiri kok, kurang hati-hati” begitu kata Pak Adam. Bu Riyah sangat terharu mendengar perkataan Pak Adam yang sangat mulia.

            Setelah tragedi itu, Bu Riyah pindah rumah ke daerah kota. Tetangga Pak Adam sering mangatai Pak Adam telah menghabiskan uang Bu Riyah, untuk biaya amputasinya. Tetapi, Pak Adam tetap sabar. Walau hanya Bu Riyah yang menghargai jasanya, tetapi Pak Adam yakin, Tuhan akan membalas kebaikannya dengan pahala dan surga untuknya. Ya, Pak Adam tak pernah mencaci maki balik orang yang telah mencaci makinya. Pak Adam menjalankan peribahasa “Air Tuba Dibalas Air Susu”. Sungguh terpuji sikap Pak Adam. TAMAT.

Gimana? Bagus nggak ceritanya! Kritik dan Saran komen aja ya!

Join This Site