Jumat, 17 Januari 2014

Permen Ajaib, Karya: Rusmiyati Suyuti

Tidak banyak yang kuingat di masa-masa kecil dulu, tapi yang pasti aku tinggal bersama embah putriku karena kedua orang tuaku pergi merantau ke daerah Sumatera. Embahku tinggal di sebuah dusun terpencil di Kabupaten Pati, Jawa Tengah sejak usiaku masih beberapa bulan sampai kemudian aku 9 tahun baru tinggal bersama kedua orang tuaku setelah mereka memutuskan untuk menetap di kelurahan yang ada di daerah Kabupaten Pati. Aku bersama kakak laki-lakiku diasuh oleh Embah dan Bu Lek, Embah kakungku sudah meninggal jauh sebelum aku lahir sedangkan Bu Lekku masih lajang.

Ada satu peristiwa yang masih aku ingat saat berusia 4 tahun dulu, mungkin tidak serinci kisah sebenarnya tapi hal ini masih berefek sampai saat aku sudah di bangku SMU. Awal mula kejadian ini waktu aku bermain ke rumah sepupu yang terletak kira2 1km dari rumah Embah, aku diajakin main ke rumah tetangga sepupu disana sudah ada anak-anak yang lain juga.
Ada seorang anak laki-laki sebaya denganku yang menjadi pusat perhatianku selama bermain bersama tersebut, tingkah lakunya benar-benar membuat penasaran. Dia selalu mengeluarkan suara seperti sedang menyesap permen.

“Bud, kamu sedang apa ngisep permen kok ga habis-habis dari pagi tadi?” Tanyaku
Ini enak banget tau, kamu mesti nyoba…!” Jawabnya
“Emang itu permen apa?”
“Permen ini tidak usah beli, gratis! Kamu cukup tidak usah menggosok gigi seminggu, permen ini otomatis ada di mulut kamu, manis banget!”

Karena aku penasaran, setelah pulang ke rumah aku beniat untuk mendapatkan permen seperti Budi juga yaitu dengan cara tidak menggosok gigi selama seminggu. Hari pertama masih baik-baik saja, aku acuhakn saja meski mulut terasa asam. Hari ke dua aku masih bertahan, mulut terasa asam dan sedikit bau tidak enak keluar dari mulutku. Hari ke tiga bau mulut sudah menyengat dan rasa asampun sangat tidak enak, aku menghindari interaksi dengan orang-orang di sekitar. Beberapa orang sudah menegur kenapa mulutku bau sekali, ada yang menanyakan kamu ga gosok gigi ya dan ada pula menanyakan makanan apa yang ku makan sehingga berakibat seperti itu. Hari berikutnya masih tetap sama, tetap bertahan untuk tidak gosok gigi meski sudah terasa ngilu, bau, dan asam yang teramat sangat. Hari keenam hampir saja aku menangis karena ketidaknyamanan, tapi segera teringat perjuanganku tinggal satu hari lagi untuk mendapatkan permen ajaib yang istimewa itu. Hari terakhir yaitu hari yang ke tujuh pagi-pagi sekali “Huaaaaaaaaaaaaaaaa……….!!!! Hik..hik…hik…!!! Aku menangis sekencangnya karena merasakan sakit gigiku yang teramat sangat, Embah dan Bu Lek serta merta berlarian ke kamarku dan bertanya apa yang terjadi padaku. Kemudian aku menunjukkan mulutku dengan jari telunjuk dan mereka terkejut melihat perubahan yag terjadi.
“Kamu kenapa Ros?” Tanya Embah
“Gigiku sakit banget Mbah?” Jawabku
“Lho, kok bisa?” Embah bertanya lagi
Akupun menjawabnya, “Iya Mbah, aku ga gosok gigi seminggu… Karena kata Budi kalau aku ga gosok gigi seminggu nanti aku bisa mendapatkan permen langsung ada di mulutku tanpa harus membeli dan katanya lagi rasa permen itu enak sekali, ga habis-habis. Huuuuu…hu…hu…”
“Oalaaah….pantesan beberapa hari ini kalau kamu bicara ada bau-baunya gimana gitu, ternyata ga gosok gigi to… Seminggu lagi… Benjolan yang di gigi Budi itu bukan permen tapi gusinya yang bengkak seperti kamu ini karena tidak menggosok gigi. Yo wes nanti jam 9 kita ke Puskesmas di Wedari biar diperiksa gigimu, lain kali Tanya dulu sama Embah atau Bu Lek kalau mau melakukan sesuatu y… dan tentunya ga diulangi lagi kan bertahan untuk tidak gosok gigi selama seminggu lagi…” Ceeramah Bu Lek sembari senyum-senyum.
Aku hanya nyengir menahan sakit gigiku sambil mengiyaka yang dikatakan Bu Lek.
Aku benar-benar kapok untuk mencoba tidak gosok gigi lagi, gigi gerahamku sudah mulai berlubang dan sampai SMU masih kumat nyeri giginya.

Cerpen Karangan: Rusmiyati Suyuti
Facebook: Rusmiyati Suyuti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Join This Site